Whey Dangke
Dangke merupakan makanan khas masyarakat Kabupaten Enrekang. Kabupaten Enrekang merupakan sentra pengolahan dangke di Propinsi Sulawesi Selatan. Sekitar 6000 liter susu perhari diolah
menjadi dangke (Dinas
Peternakan, 2010). Dangke merupakan produk olahan susu sejenis keju lunak tanpa dilakukan proses fermentasi. Berdasarkan
kandungan airnya, dangke merupakan keju lunak (soft cheese)(Ridwan, 2004).
Dangke dibuat dari susu yang
dipanaskan. Susu selanjutnya ditambahkan getah pepaya untuk memisahkan curd dan whey (Djide, 1991). Getah pepaya mengandung papain yang merupakan salah satu jenis enzim proteolitik. Enzim ini tergolong protease
sulfihidril (Winarno, 1995; Muchtadi et
al., 1992). Papain akan memutus ikatan peptida pada residu asparagin-glutamin,
glutamat-alanin, leusin-valin dan fenilalanin-tirosin (Godfrey and Reichet, 1986). Papain akan bekerja secara optimal tergantung dari konsentrasi
yang diberikan (Nurhidayati, 2003).
Whey susu didefinisikan sebagai serum atau bagian air dari susu
yang tersisa setelah pemisahan curd dan merupakan hasil koagulasi protein susu dengan asam atau enzim proteolitik (Panesar et al., 2007). Setiap 10 liter susu yang digumpalkan selama proses pengolahan keju akan menghasilkan sekitar 6 - 9 liter whey yang tergantung
pada tipe keju (Almeida et al.,
2008). Whey hasil samping proses pembuatan keju mengandung 6,5% padatan yang terdiri atas 4,8% laktosa, 0,6% protein, 0,6% mineral, 0,15% asam
laktat, 0,25% nitrogen non protein dan 0,1% lemak (Handayani, 2004). Komponen dan komposisi
protein whey susu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Fraksi protein whey susu sapi
Fraksi
|
Kandungan
(g/l)
|
Total Protein Susu
(%w/w)
|
Total whey protein
|
6,0
|
19,3
|
β-laktoglobulin
|
3,2
|
10,0
|
α-laktalbumin
|
1,2
|
3,1
|
Serum albumin
|
0,3
|
1,2
|
Immunoglobulin
|
0,7
|
2,0
|
Laktoferin, lisosim & laktoperoksidase
|
0,8
|
2,4
|
Mazza (1998)
Whey merupakan salah satu sumber protein dari
produk peternakan, yakni dari susu sapi -yang dapat dimanfaatkan untuk bahan
pangan yang penting bagi manusia.
Whey
adalah hasil sampingan dari produksi keju yang tadinya pada waktu sebelumnya
tidak dimanfaatkan, hanya dibuang begitu saja.
Namun
saat ini,protein whey telah dimanfaatkan seluas-luasnya oleh industri makanan
dan minuman. Whey termasuk dalam salah satu ingridien fungsional. Whey
merupakan protein susu yang sulit digumpalkan. Jadi, ketika sebuah industri
membuat keju misalnya, yang menggumpal adalah protein susu yang disebut kasein.
Adapun protein lain, yakni whey tidak atau sulit digumpalkan. Maka, whey jaman
dulu kerap dianggap sebagai hasil samping pembuatan keju.
Kini,
berbagai riset membuktikan manfaat whey protein cukup besar, di antaranya
sebagai antioksidan, antikarsinogenik, dan sekarang whey protein digunakan
sebagai asupan utama untuk membangun otot tubuh. Whey juga banyak digunakan
sebagai ingridien processed food seperti untuk baso, nugget, sosis, atau aneka
snack.
Penggunaan
whey protein juga lebih banyak ditujukan kepada konsumen yang memiliki
perhatian yang lebih terhadap kesehatan, karena melihat dari sifat produk ini
yang memang merupakan bahan baku produk makanan dan minuman yang memiliki aneka
manfaat kesehatan karena kandungan berbagi zat gizi di dalamnya.
Umumnya industri susu tradisional tidak mempunyai sistem
perlakuan yang tepat untuk membuang whey. Potensi pangan dan energi whey akan hilang apabila tidak
dimanfaatkan, mengingat whey mengandung sekitar 55% total nutrisi dari susu (Vinderola et
al., 2000). Disamping itu menurut Almeida et
al. (2008), pembuangan whey ke lingkungan dapat menyebabkan polusi lingkungan sekitar karena whey dapat menyebabkan pengaruh kuat terhadap lingkungan. Whey memiliki konsentrasi bahan organik
terlarut
seperti
protein dan sumber energi ke lingkungan. Nilai BOD (Biochemical oxygen Demand) whey berbeda-beda dari 30.000 - 50.000 mg/g tergantung pada buangan susu dalam whey. Vinderola et
al. (2000), Staszewski and Jagus (2008)
menyatakan
bahwa pengolahan limbah whey dibutuhkan sebagai
solusi terhadap
pencegahan pencemaran lingkungan dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan manusia. Teknologi pengolahan biologi sangat membantu dalam pengamanan limbah
whey. Metode ini membutuhkan
biaya yang besar untuk pelaksanaannya dan menjadi kendala penggunaan untuk
industri tradisional.
Salah satu cara untuk
mengatasi
agar whey tidak terbuang percuma yang dapat
menimbulkan
polusi lingkungan maka whey seharusnya diolah menjadi produk yang bermanfaat serta bernilai ekonomis
tinggi. Kandungan laktosa dan nutrisi essensial whey merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Hal tersebut menjadi
pertimbangan untuk
menghasilkan produk dengan
memanfaatkan mikroorganisme (Vinderola et al., 2000).
Whey susu sapi mengandung sekitar 20% protein dari
total protein yang ada pada susu (Tabel 1). Naim (2008),
Madureira et al. (2007) dan Fardiaz
(1992) mengemukakan bahwa laktoferin merupakan glikoprotein pengikat zat besi yang kebanyakan dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Laktoferin
memiliki potensi untuk menghambat (bakteriostatik) hingga
membunuh
(bakteriolisis)
bakteri dengan menghambat kebutuhan zat besinya. Laktoferin umumnya bersifat bakteriostatik terhadap sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri Gram negatif dengan kebutuhan zat besinya yang tinggi, dan juga beberapa Gram positif seperti Staphylococcus aureus dan Listeria monocytogenes. Lisosim memiliki aktivitas antibakterial
terhadap sejumlah bakteri. Senyawa tersebut akan membunuh bakteri dengan disrupsi pembentukan ikatan
glikosidik di antara dua komponen peptidoglikan yang terdapat pada dinding sel
bakteri.
Laktoperoksidase
memiliki potensi untuk menghambat hingga membunuh bakteri dengan mengoksidasi kelompok sulfhidril membran sel. Laktoperoksidase umumnya
bersifat bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan bersifat bakteriolisis terhadap
bakteri Gram negatif. Naim (2008) lebih lanjut mengemukakan bahwa bakteri asam laktat dalam
lambung dan intestin memiliki kebutuhan besi yang rendah dan secara umum tidak
terpengaruh oleh laktoferin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar